Saturday 31 March 2018

The Last Day at Korea: Was It Good Bye?

Kembali ke 5 Agustus 2017, Seoul

Saya memilih berpisah tujuan dengan 2 teman saya. 
"Kayaknya aku balik dulu, nanti malem farewell sama PPI ya. Come and dont take too much time."
"Balik sendiri? Ngga papa?"
"30 hari di sini dan nggak bisa balik sendiri?"

Kemudian kita bertiga berpencar.

Alhasil, naik bus sendiri dari Seoul ke Suwon, bus merah 2200 kalau tidak salah. 

"Wah bakal kangen, ini terakhir ngga ya?"

Saya duduk dekat jendela sebelah kiri. Kemudian gerimis. 

Saya baru sadar, secepat itu 30 hari. Iseng, saya time lapse jalan dari Seoul ke Suwon. Saya coba ingat-ingat tempat mana yang pertama kali saya datangi, tersesat, marahan sama temen di tengah tengah lagi jalan, ketawa sampai nangis karena bingung, senyumin semua orang sampai dikira gila, take video, belajar di halte karena mau ujian atau quiz, mencoba mengeja Hangeul/huruf korea, ngobrol pakai bahasa indonesia sesuka hati karena nggak ada yang ngerti, coba street food waktu mau dimakan ajumma nya nunjuk kerudung saya  dan kasih tanda X dari tangan yang kami persepsikan kayaknya ini makanan ada babinya lalu saya cuma lihat temen makan. 

Terlalu banyak dan panjang untuk satu paragraf. 
Dan lebih mudah direpresentasikan pakai nangis, sekalian gerimis. 

Saya nangis dengan santainya sambil lihat ke jendela karena nggak ada yang saya kenal dan karena Seoul jadi cantik waktu gerimis. 

Bus berhenti di Myeongdong. Tapi saya tidak berhenti nangis. Lebih lebih tempat ini, memori dari ketawa sampai kesel lebij terlihat jelas. 

Saya iseng lihat sebelah kanan karena halte Myeongdong ada di kanan. Kemudian naik satu laki-laki rambut blonde. 

"Hah kok?!" Saya kaget sampe balik muka ke jendela kiri. 

"Sendiri aja Li." 

Saya ngga jawab. Karena kalau jawab, ketauan nangis. Pokoknya saya usaha ngelap air mata. 

Dia duduk di samping saya. Namanya kak Black, Daniel Black, nama aslinya Daniel Anthony. Mahasiswa S2 di universitas yang sama kaya summer school saya. Penganut Kristen yang taat. Makannya bisa ketemu Sabtu di Myeongdong karena gerejanya di situ. 

Kayaknua dia tau saya nangis. Jadi saya tambah diem. 

"Nanti perpisahan sama PPI. Yoi last day."

Any way, hari itu dia ulang tahun. Kami udah persiapkan kado sebenernya, tapi diem diem aja. 

Saya jawab dengan membaca tulisan Hangeul di pertokoan. 

"Li dah lancar baca Hangeulnya. Ujian lo dapet A ya?"

Saya cuma ngangguk sambil bilang
"Kak gue balik ke korea lagi nggak ya?"

Terus dia ketawa dan bilang 
"Hahaha lo nangis kaya diputusin. Emang sedih sih tapi. Gue juga sedih kalian bocah berempat balik ke Indo."

Terus kita diem di perjalanan. 
Saya chat temen2 saya tadi:
"Awas ya kalo lo ga dateng perpisahan PPI. Gue pulang sendiri. Ini kak Black satu bus sama gue."

Mereka nggak bales. 
Bagus. 
Sepanjang perjalan saya diem dan tidur. Nggak tau kak black ngapain. 

Sampai. Dan saya balik ke dorm. 

****
Perpisahan PPI hangat dan nggak sedih. Kayaknua optimis balik.

****
Paginya kami ke Bandara Incheon pagi-pagi naik bus bandara. Kak Black nangis parah. Saya, farah, dewi, wibi nangis sesenggukan.

****
I miss Korea. 
And the 30 days there.
Good bye was too harsh for me. But there is good in good bye, right? Good to see you. Good bye. Thank you for good memories. Boleh kan Ulinya pergi lagi? Bisa ke tetangga kamu yang panggilannya Jepang atau Australi juga nggak papa. Mekah Madinah juga.







Read More

Saturday 17 March 2018

Dan Mereka Bertemu

Dan pada akhirnya mereka bertemu di suatu sudut kota
Saling menyelesaikan urusan masing-masing
Yang mengganjal dan menghalangi
langkah

Saling memberi kabar
mungkin lebih tepanya klarifikasi
apa yang terjadi selama ini
bersama asumsi-asumsi

Tapi mereka tidak berdua sendiri
Tidak akan pernah
Karena masing-masing sudah membawa mimpi
yang sebenarnya bisa dijalankan bersama
Andai kata sepuluh tahun lalu bercerita

Semua yang dimulai harus diakhiri dengan baik-baik, bukan?
Kata mereka
sepertinya

Dan mereka bertemu
Pada akhirnya bertemu
Hanya memberi klarifikasi
bahwa memang harus disudahi
karena mimpi yang mereka pernah bangun dan singgahi
bukan lagi mimpi yang sepatutnya dijalani
memang harus selesai
"sampai di sini saja ya"

kemudian wanita itu pergi dengan menggandeng seorang laki-laki
satu laki-laki lain menggenggam tangan gadis kecil di kanannya

cerita pun berakhir
dan memang sepatutnya sudah berakhir

----

tulisan tersebut terinspirasi oleh salah satu komentar di ig teman saya yang berbunyi "mereka bertemu di sudut kota"
pengembangan tulisan terinspirasi oleh maraknya penggunaan kata 'pelakor' dan beberapa cerita tentang CLBK ketika sudah menikah
terlihat mengerikan bukan? saya harap, saya dan pasangan saya kelak tidak pernah berada dalam lingkaran tersebut (semoga yang membaca ini juga) aamiin

memang sejatinya dan sepatutnya, apabila telah selesai suatu urusan maka kerjakanlah urusan lain.


Read More