Friday 10 August 2018

20 Jam di Pesawat | #AmericaDay1

Bismillahirrahmanirrahhim

Hari pertama menapakkan kaki di Amerika! Jujur saja, ini merupakan salah satu dreams come true saya untuk datang ke belahan bumi lain dengan perbedaan waktu 12 jam dari Indonesia. Thanks to Allah for this opportunity! Alhamdulillah.
Saya akan tinggal 27 hari di sini di 3 kota: Little Rock, Washington DC, dan New York City bersama teman baru saya, Evelyn dari ITB.
Hari pertama saya habiskan 20 jam di pesawat dari Indonesia menuju Amerika. It was such a long long flight, but fun! Here is the story

9 Agustus 2018
Jakarta, Indonesia ke Tokyo, Jepang

Prayer Room di Narita
06.45 pesawat take off dari bandara Soetta, Indonesia menuju bandara Narita, Jepang untuk transit pertama. Maskapai yang digunakan adalah Japan Airline (JAL). Well, I have nothing to say except GREAT for this flight. Semuanya nyaman, makanannya enak (jujur, lebih enak dari Garuda padahal Garuda juga sudah enak kan? hehe), entertainment on board-nya juga update, pramugarinya ramah dan free drinksnya tidak hanya satu dua kali (kalau tidak salah waktu flight saya ke Korea pakai Garuda, saya hanya dapat free drink sekali ya, but I'm not sure). Sayangnya, saya tidak dapat window seat jadi kurang lengkap hehe.
Saya tidak mempermasalahkan makanan halal di JAL karena apabila flight dari Indonesia, makanannya (daging-dagingannya) insyaa Allah masih halal.
Setelah 7 jam perjalanan, sampailah di Jepang pada pukul 04.25 sore waktu Jepang (perbedaan waktu 2 jam lebih cepat dari Indonesia).
Di Narita, saya mencari tempat solat untuk dzuhur dan ashar. Alhamdulillah, bandara menyediakan Prayer Room yang sangat nyaman untuk solat. Dan hanya ada saya di tempat solat tersebut hehehe.

tampak dalam Prayer Room di Narita

 Tokyo, Jepang ke Dallas, Texas, Amerika


pesawat AA untuk penerbangan 12 jam!
Transit di Narita kurang lebih satu setengah jam dilanjutkan dengan penerbangan menuju Texas, Amerika selama DUA BELAS JAM, yup 12 jam di pesawat! Penerbangan terlama yang pernah saya jalani. Maskapai yang digunakan adalah American Airlines (AA). Take off dari Narita sekitar jam 06.40 sore waktu Jepang. Pada penerbangan kali ini, saya tidak duduk bersama Evelyn dan berita baiknya adalah saya mendapat window seat! Yeay!







Di perjalanan 12 jam ini saya mendapat teman baru. Namanya Mary, dia duduk di sebelah saya dan dia tinggal di Washington DC (kami berencana untuk bertemu di DC ketika saya ke sana, semoga jadi hehe). We talked a lot, jadi 12 jam flight sangat tidak terasa. Thank you, Mary! Anyway, ayah Mary berasal dari Filipina dan ibunya asli Amerika, maka dari itu seperti ada sentuhan Asia di wajahnya.

Passport saya dan Mary
Saya dan Mary setelah 12 jam penerbangan

Hal yang menarik dari flight kali ini adalah...saya satu-satunya yang pakai hijab. Ketika waktunya makan, pramugari menawarkan beberapa pilihan menu untuk penumpang pesawat, termasuk saya. Alhamdulillah saya berhijab, jadi tidak usah susah-susah bahwa saya tidak bisa makan pork atau daging babi karena pramugarinya sudah mengerti.

"Well, I know you are not eating pork, so I give you seafood pasta instead," katanya ketika mendatangi kursi saya.
Dan di waktu makna yang kedua, dia juga melakukan hal yang sama.
I was very happy and comfortable.

Saya sangat nyaman dengan hijab yang saya gunakan karena hijab ini bahkan melindungi saya sebelum saya mengucapkan kata-kata untuk melindungi diri saya sendiri. Dan ini bukan untuk pertama kalinya. Alhamdulillah.

Setelah 12 jam perjalanan, sampailah saya di Amerika! Lebih tepatnya di Dallas, Texas pada tanggal yang sama, pukul 5 sore waktu Amerika (kalau di Indonesia sudah tanggal 10 Agustus jam 5 pagi).


Dallas, Texas, Amerika ke Little Rock, Arkansas, Amerika
Nama bandara tempat kami mendarat adalah Dallas-Fort Worth (DFW). Walaupun sudah sampai Amerika, saya masih harus menjalani satu penerbangan lagi menuju Little Rock, sekitar satu jam dari Dallas. Saya dan Evelyn harus buru-buru karena kami hanya punya waktu satu jam transit. Padahal bandara di Dallas super besar dan proses imigrasinya super ribet. Harus scan passport, antri imigrasi dan cukai, antri ambil baggage, antri untuk screening sebelum cek in lagi, dan lari-lari ke gate penerbangan kita. Mantap!
tidak sempat ambil foto basgu di Dallas kecuali ini karena kami buru-buru
Tapi satu hal yang saya kagumi dari sistem imigrasi Amerika adalah mereka menggunakan teknologi sepenuhnya dan alurnya sangat mudah dipahami bagi first timer seperti saya.

Ketika saya dan Evelyn berlarian mengejar pesawat, saya berpapasan dengan seorang security wanita yang menggunakan hijab. Dia tersenyum ke arah saya dan mengucapkan salam Assalamu'alaikum dari tempatnya. Sayang sekali saya sedang terburu-buru, jadi saya menjawab salam dan tersenyum balik sambil lari-lari. Kalau tidak, mungkin saya akan menghampirinya dan ngobrol sedikit.

Lagi, saya sangat bersyukur dengan hijab yang saya gunakan. Salam tadi bukan hanya merupakan salam pertama yang saya dapatkan di Amerika, melainkan juga doa pertama.

"Assalamu'alaikum
May the peace be upon you
Semoga keselamatan terlimpah padamu"

Kejadian tersebut sukses membuat saya tersenyum bahagia dan mendapat pelajaran bahwa muslim seluruh dunia adalah saudara, walaupun perbedaan selalu ada.

Sampai di Little Rock, Arkansas, Amerika


Setelah satu jam penerbangan, sampailah kami di Little Rock, sebuah kota kecil di Amerika pada pukul 07.33 malam (tetapi matahari belum tenggelam). Kami dijemput oleh Joyce Taylor, host family kami di sini.


Total penerbangan kali ini adalah 20 jam. Walau begitu, saya berangkat tanggal 9 Agustus 2018 jam 06.45 pagi dan sampai di Amerika pada tanggal 9 Agustus 2018 jam 07.33 malam akibat dari perbedaan waktu 12 jam.



Semoga banyak pelajaran dan cerita yang saya dapatkan dan bisa saya bagi di #27HariAmerika ini.

depan rumah Taylor Family

Joyce Taylor - Johnny Taylor - Evelyn - Saya








Read More

Thursday 31 May 2018

Seni Berdoa


Berdoalah
di antara takut dan harap,
di antara Khauf dan Rajaa'

Karena tepat di situ,
kamu tahu
bahwa manusia
bisa
berencana dengan harapan
dan menyerah karena ketakutan

Karena tepat di situ,
Allah mengingatkan
bahwa Dia
tidak ke mana-mana
kamu hanya perlu meminta
dan memberi hakmu atas-Nya

Berdoalah
di antara takut dan harap
di antara Khauf dan Rajaa'

---




inspired by: skripsi dan kelahiran sepupu baru.







Read More

Monday 21 May 2018

Menjadi Kakak

Kita hidup bermain banyak peran: menjadi anak, menjadi teman, menjadi orang tua, menjadi guru, menjadi (isi dengan pekerjaan kalian masing-masing), menjadi mahasiswa, menjadi...kakak.

Baru selama 21 tahun saya hidup, hari ini saya menyadari satu hal besar di hidup saya. I'm not a good older sister yet. 

Banyak buku yang membahas 'Bagaimana cara menjadi orang tua yang baik', 'bagaimana cara menjadi guru yang baik' atau apapun berdasarkan profesi masing-masing, 'bagaimana menjadi teman yang baik', 'bagaimana menjadi pasangan yang baik'.

Tapi yang luput dan belum pernah saya baca adalah
'Bagaimana menjadi kakak yang baik?'

Malam ini, deep talk saya dengan 2 teman saya lain (yang sama sama menjadi anak pertama di keluarga dan memiliki adik) adalah tentang menjadi kakak yang baik.

Kami sama-sama sepakat bahwa peran kakak adalah peran yang sangat dibutuhkan, sama seperti orang tua. Seharusnya, family functioning itu terjadi bukan hanya pada lingkup orang tua ke anak, melainkan dari kakak ke adik atau sebaliknya.
Karena?
Ya karena kita keluarga. Kita satu kesatuan yang memang harus saling menguatkan satu sama lain, bukan terus menerus dikuatkan dan menunggu orang tua untuk melakukannya.
Contohnya sesimpel bercerita. Kamu bisa dengarkan adikmu bercerita, atau mulai lah lebih dahulu. Tidak perlu bilang ke orang tua 'bu/pak, itu adek mau cerita'.
No.
You
Can
Start
With
Your
Own
Self.

Mulai cerita dari hal paling tidak penting, acara tv kesukaannya, apa yang dilakukan hari itu, lalu masuk ke cerita yang lebih dalam atau masalahnya.

Menjadi kakak adalah menjadi pendengar.
Pastikan kamu menjadi tempat yang nyaman untuk mereka bercerita. Ketika mereka belum mau bercerita, maka mulai lah dari kamu. It may take day even years, but keep trying.

Menjadi kakak adalah  menjadi tempat untuk memberikan kepercayaan dan dipercaya.

Menjadi kakak adalah belajar menjadi orang tua.

Menjadi kakak adalah menjadi tempat belajar dan mengerti bahwa ada hal lain di dunia ini yang lebih penting dari diri sendiri.

Menjadi kakak adalah menjadi mengerti bahwa ada orang yang harus kita lindungi.
Ya, dengan bertambah ganasnya dunia ini dari efek samping penggunaan internet, pergaulan remaja masa kini, dan lainnya, hati kakak mana yang tidak khawatir terhadap adiknya?
Walaupun pada akhirnya, kita sebagai kakak lah yang tentukan apakah rasa khawatir itu akan berubah menjadi tindakan atau hanya sebatas rasa. 

Saya juga belum menjadi kakak yang baik.
Tapi, tidak pernah ada kata terlambat untuk berubah menjadi kakak yang baik.

Saya akan tutup tulisan ini dengan salah satu kutipan yang pernah saya dengar:
"we will only have each other when mom and dad go back to God. Kita hanya punya satu sama lain, ketika orang tua kita 'pulang'."

----




Read More

Sunday 13 May 2018

Hence?

It's scary out there
the idea of maturing, for me
is becoming scary yet funny 
Marriage, after campus life, and soon and soon and soon

Hence? 
I still go maturing
Hence?
I will be there
Hence?
Be prepared
Still it's scary

Yet funny

Me infront of my bachelor thesis whispered:
I hope everything will more than be okay, it will be that great
Even the uncertainty will happen anyway
But I'm gonna make it anyway

Hence?

Keep the faith that God has the best plan. And Indeed He will not change the condition of a people until they change what is in themselves (13:11).

Hence?
I need to keep going through uncertainty. Otherwise, God will never change it anyway. 

Keep the faith
Keep going

Read More

Thursday 3 May 2018

From Me To Me

You should not be in a hurry, dear
I beg you to calculate all the consequences

You should not be in a hurry
I beg you to think clearly how your future will be

You should not be in a hurry
I beg you to understand again your dreams and purposes

You should not be in a hurry
Nor steady

You are still young
And you have to be brave
to open up the gates
which are closed
to develop others
while it develops you

I mean, I miss the old you, Li
Little bit ambition wont hurt you right? 
Come again...


Read More

Friday 27 April 2018

Harusnya sedikit lagi

Sedikit lagi
Tapi kalau yang namanya belum rezekinya
itu ngga jadi sedikit

Rasanya pengin bilang
harusnya kamu bisa sedikit tambah usaha, li. Sedikit lagi.
Tapi emang beda cerita kalo masalahnya
bukan jalannya

Another story to learn
Another chance to grow bigger and wiser
Sometimes I win
Anytime I learn

This is why I love Semarang even more
It's the representative of hope and God's help
in order to show me
the path that I need.

Sometimes,
Not all which I want is what I need.

Dear, Uli
Thank you for your effort
You must be thank to your God
for giving you this opportunity
He knows what the best for you
And thank to yourself
for doing the things beyond

Li, habis ini apa?
Read More

Friday 13 April 2018

Refleksi KRL Malam Ini

"Ya li, kalo misal nih kita hidup cari uang naik KRL tiap hari begini, kamu emang mau?"

Beneran saya bisa jawab itu 100000 kali dengan jawaban 'engga'.
Bukan berarti engga baik, ya cari rezeki itu kan salah satu bentuk ikhtiar kan? Ngga salah. 
Yang salah adalah kalau saya kehilangan esensi dari hidup. 
Panggil saya orang yang idealis kalo saya bilang uang bukan esensi dari hidup saya. I never dream to be the richest man on earth. For sure. 
Saya cuma mau, kalau finansial, ya yang penting cukup kalau lagi butuh, nggak kekurangan, dan bisa 'beribadah' bukan cuma yang wajib tapi juga ibadah sunah yang pake materi: misal ngediriin masjid, ngebiayain dakwah. 
Sepakat?

Mungkin karena saya masih 21 dan semua terlihat sangat indah jadi masih idealis. Tapi percayalah saya jadi sangat pragmatis kalau sudah down. Tanda-tandanya saya jadi sangat duniawi dan nggak jelas ke arah mana saya lari, apa yang saya kejar.

Kalau ditanya habis lulus mau kerja apa. Di otak saya yang paling dominan ya sekolah lagi jadi psikolog. Tapi ya hidup kan nggak semulus itu juga, selalu ada in between. 

Malam ini sepanjang di kereta, setelah berbulan bulan nggak ngomong hal hal serius tentang hidup, akhirnya diskusi lagi. Di KRL menuju Depok yang masih padat. 

Saya suka ngobrol sama orang yang visioner dan punya tujuan hidup bukan  cuma untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang banyak. Yang ngelihat uang sebagai tools bukan goals. 

Banyak ketampar tapi ya itu nggak salah. Cukup membuat saya bangun dan bilang sama diri sendiri,"ngapain aja lo selama ini li. Parah banget hidup lo belum ketata."

It is never too late to start again, isn't it?

Ya perjalanan pulang di KRL itu selalu punya cerita sendiri tiap hari. Malam ini saya bersyukur, menutup weekdays bukan dengan cerita jodooooooh dan wedding yang bisa bikin saya pusing. 
Walaupun malam ini saya jadi banyak mikir, tapi akhirnya bangun. 
Selamat pagi Uli. 


Read More

Will Miss Intern Life

Sore ini, di meja tengah tempat magang, mereka lagi nonton bola di TV
"2 minggu lagi ya ga kerasa..."

Thank you for bringing such a 3 months of messy silly dizzy happy hectic life into mine.
Banyak input yang gue terima, tempat baru yang gue datengin, belajar skill baru, mentor baru.

Dan temen-temen baru yang berhasil memaksa gue nonton film thriller
secara impulsif
buru-buru ke Djakarta Theater karena film mulai jam 5 ((hahaha))
dan gue cuma mau duduk di tengah karena takut
dan ternyata filmnya bagus

Makasih udah bikin gue suka sama Jakarta dan KRL nya yang penuh kalo berangkat dan pulang
Naik busway untuk pertama kali
Ke Pasar Baru
Sampe Istana Presiden Cipanas
Foto sama bapak menteri yang humble kayak bapak sendiri

Sharing makanan karena gue ga mau menggendut
Selalu makan nasi gue karena gue ga makan nasi
Ngehabisin Chatime gue karena ga habis
Selalu mendengarkan gue kalo lagi bilang
"Yaampun ini kalorinya engga banget"

Atau gue yang selalu minta jalan kaki dari pada naik grab gojek uber
Atau gue yang gamau naik lift di kantor atau stasiun
Makasih sudah memaklumi banyak hal
Yang jadi ribet kalo sama gue
Makasih sudah mencoba mengikuti gue walaupun kalian suka marah marah kalo gue udah minta jalan aja
Tapi gue cuma ketawa
Terus akhirnya naik taxi

Baru 3 bulan kalian udah ngerti bahwa gue sangat nggak receh dan susah ngelucu
Sekalinta ngelucu ngga lucu
Tapi kalian tetep mengapresiasi dengan
"Yaaa uliii keep tryin on ini gue apresiasi"
Wkwk okay it is me with my jokes

Gue yakin kalian pernah liat gue bete dan jutek
Apalagi kalo capek
Maaf yaaa

Tapi gue jadi ngga pernah pura pura kalo di depan kalian dan bapak bapak dan ibu ibu dan mba mba humas

You know how lucky I am to know you.
Kapan kapan nulis lagi.




Read More

Wednesday 11 April 2018

Review Film A Quite Place

"If they hear you, they haunt you."

1 kata yang menggambarkan A Quite Place: amazing.
Film ini mengisahkan tentang satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan 3 orang anak yang berjuang untuk survive di tengah serangan makhluk aneh. Makhluk-makhluk itu akan membunuh siapapun dan apapun yang mengeluarkan suara. Selama sekitar 400 hari lebih mereke berjuang untuk hidup. Bayangkan, 400 hari hidup dengan bahasa isyarat dan tidak mengeluarkan suara? Ditambah lagi ibu dalam film tersebut sedang mengandung dan akan melahirkan. 
Apakah mereka akan selamat? 
Jawabannya ada di akhir film dan dikemas dengan cara yang menarik. 

Saya bukan penggemar film thriller, namun film A Quite Place ini mampu membuat saya tepuk tangan setelah menontonnya. Ada satu part yang membuat saya menangis dan banyak part yang mengagetkan. 

Pantas saja, film ini pernah mendapat rating 100% di Rotten Tomatoes.

Selain itu, pemain utama (bapak) dalam film ini juga merupakan sutradaranya: John Krasinski! 

Recommended? Yes. 
Read More

Saturday 31 March 2018

The Last Day at Korea: Was It Good Bye?

Kembali ke 5 Agustus 2017, Seoul

Saya memilih berpisah tujuan dengan 2 teman saya. 
"Kayaknya aku balik dulu, nanti malem farewell sama PPI ya. Come and dont take too much time."
"Balik sendiri? Ngga papa?"
"30 hari di sini dan nggak bisa balik sendiri?"

Kemudian kita bertiga berpencar.

Alhasil, naik bus sendiri dari Seoul ke Suwon, bus merah 2200 kalau tidak salah. 

"Wah bakal kangen, ini terakhir ngga ya?"

Saya duduk dekat jendela sebelah kiri. Kemudian gerimis. 

Saya baru sadar, secepat itu 30 hari. Iseng, saya time lapse jalan dari Seoul ke Suwon. Saya coba ingat-ingat tempat mana yang pertama kali saya datangi, tersesat, marahan sama temen di tengah tengah lagi jalan, ketawa sampai nangis karena bingung, senyumin semua orang sampai dikira gila, take video, belajar di halte karena mau ujian atau quiz, mencoba mengeja Hangeul/huruf korea, ngobrol pakai bahasa indonesia sesuka hati karena nggak ada yang ngerti, coba street food waktu mau dimakan ajumma nya nunjuk kerudung saya  dan kasih tanda X dari tangan yang kami persepsikan kayaknya ini makanan ada babinya lalu saya cuma lihat temen makan. 

Terlalu banyak dan panjang untuk satu paragraf. 
Dan lebih mudah direpresentasikan pakai nangis, sekalian gerimis. 

Saya nangis dengan santainya sambil lihat ke jendela karena nggak ada yang saya kenal dan karena Seoul jadi cantik waktu gerimis. 

Bus berhenti di Myeongdong. Tapi saya tidak berhenti nangis. Lebih lebih tempat ini, memori dari ketawa sampai kesel lebij terlihat jelas. 

Saya iseng lihat sebelah kanan karena halte Myeongdong ada di kanan. Kemudian naik satu laki-laki rambut blonde. 

"Hah kok?!" Saya kaget sampe balik muka ke jendela kiri. 

"Sendiri aja Li." 

Saya ngga jawab. Karena kalau jawab, ketauan nangis. Pokoknya saya usaha ngelap air mata. 

Dia duduk di samping saya. Namanya kak Black, Daniel Black, nama aslinya Daniel Anthony. Mahasiswa S2 di universitas yang sama kaya summer school saya. Penganut Kristen yang taat. Makannya bisa ketemu Sabtu di Myeongdong karena gerejanya di situ. 

Kayaknua dia tau saya nangis. Jadi saya tambah diem. 

"Nanti perpisahan sama PPI. Yoi last day."

Any way, hari itu dia ulang tahun. Kami udah persiapkan kado sebenernya, tapi diem diem aja. 

Saya jawab dengan membaca tulisan Hangeul di pertokoan. 

"Li dah lancar baca Hangeulnya. Ujian lo dapet A ya?"

Saya cuma ngangguk sambil bilang
"Kak gue balik ke korea lagi nggak ya?"

Terus dia ketawa dan bilang 
"Hahaha lo nangis kaya diputusin. Emang sedih sih tapi. Gue juga sedih kalian bocah berempat balik ke Indo."

Terus kita diem di perjalanan. 
Saya chat temen2 saya tadi:
"Awas ya kalo lo ga dateng perpisahan PPI. Gue pulang sendiri. Ini kak Black satu bus sama gue."

Mereka nggak bales. 
Bagus. 
Sepanjang perjalan saya diem dan tidur. Nggak tau kak black ngapain. 

Sampai. Dan saya balik ke dorm. 

****
Perpisahan PPI hangat dan nggak sedih. Kayaknua optimis balik.

****
Paginya kami ke Bandara Incheon pagi-pagi naik bus bandara. Kak Black nangis parah. Saya, farah, dewi, wibi nangis sesenggukan.

****
I miss Korea. 
And the 30 days there.
Good bye was too harsh for me. But there is good in good bye, right? Good to see you. Good bye. Thank you for good memories. Boleh kan Ulinya pergi lagi? Bisa ke tetangga kamu yang panggilannya Jepang atau Australi juga nggak papa. Mekah Madinah juga.







Read More

Saturday 17 March 2018

Dan Mereka Bertemu

Dan pada akhirnya mereka bertemu di suatu sudut kota
Saling menyelesaikan urusan masing-masing
Yang mengganjal dan menghalangi
langkah

Saling memberi kabar
mungkin lebih tepanya klarifikasi
apa yang terjadi selama ini
bersama asumsi-asumsi

Tapi mereka tidak berdua sendiri
Tidak akan pernah
Karena masing-masing sudah membawa mimpi
yang sebenarnya bisa dijalankan bersama
Andai kata sepuluh tahun lalu bercerita

Semua yang dimulai harus diakhiri dengan baik-baik, bukan?
Kata mereka
sepertinya

Dan mereka bertemu
Pada akhirnya bertemu
Hanya memberi klarifikasi
bahwa memang harus disudahi
karena mimpi yang mereka pernah bangun dan singgahi
bukan lagi mimpi yang sepatutnya dijalani
memang harus selesai
"sampai di sini saja ya"

kemudian wanita itu pergi dengan menggandeng seorang laki-laki
satu laki-laki lain menggenggam tangan gadis kecil di kanannya

cerita pun berakhir
dan memang sepatutnya sudah berakhir

----

tulisan tersebut terinspirasi oleh salah satu komentar di ig teman saya yang berbunyi "mereka bertemu di sudut kota"
pengembangan tulisan terinspirasi oleh maraknya penggunaan kata 'pelakor' dan beberapa cerita tentang CLBK ketika sudah menikah
terlihat mengerikan bukan? saya harap, saya dan pasangan saya kelak tidak pernah berada dalam lingkaran tersebut (semoga yang membaca ini juga) aamiin

memang sejatinya dan sepatutnya, apabila telah selesai suatu urusan maka kerjakanlah urusan lain.


Read More

Wednesday 24 January 2018

Rasanya 21 dan Gempa Bumi

Ketika usia kita bertambah, sadar atau tidak, dunia kita juga berubah. 0-12 bulan baru bisa bilang ma-ma, 3 tahun bicara tentang kartun di TV swasta, 7 tahun sekolah pertama, 10 tahun kita berbicara tentang sepeda, 13 tahun tentang studiwisata, 15 tahun tentang teman dan segala macam perkaranya, 17 tahun tentang KTP pertama, 20 tahun tentang kuliah yang nyatanya berbeda dari yang dipikirkan dahulu kala, dan 21 tentang....?

Agama, wisuda, cinta, keluarga, harta, tahta, SDua (S2), implikasi sosial untuk bangsa dan negara ya minimalnya tetangga lah.....dan tak terhingga. Dunia akhirat.

Sampai, ada satu titik di mana saya ingin bilang
"What the hell with 20s"
Kemudian paginya sadar, dan bilang
"Harusnya ga boleh bilang what the hell."

Nampaknya, perkara hidup dibicarakan. Takut-takut salah ambil langkah dan salah atur prioritas. Terlepas dari Tuhan yang telah mengatur segala rezeki, kita tetap harus menentukkan bukan?
---
Hari ini terlalu banyak informasi yang harus saya proses: dokumen magang, skripsi, teman yang mau nikah (sambil menghitung ini teman yang ke berapa), pendaftaran MT, life plan mau gimana, teman yang sangat progresif sudah daftar kerja padahal lulus masih lama, Agustus sih kayaknya.

It just feels like 21.

Dan saya cuma tarik napas dan bilang dalam hati
"Capek ga sih mikirin dunia mulu"
"Iya"
"Ya gitu, semakin dikejar semakin banyak kurang"
"Apalagi kalo sambil liat orang"
"Ya bener. Nggak sehat itu"
"Terus kan kataya hidup cuma sebentar"

Kemudian saya tarik napas lagi, kali ini dihempaskan dengan berat.
"Iya hidup cuma sebentar"

Kemudian gempa. Saya pikir saya yang pusing dan ingin pingsan. Tapi ternyata orang-orang turun berkeliaran.

Gempa. Bumi.

Beneran kan hidup sementara.

Sambil jalan ke luar gedung, saya sambil mikir kata-kata yang pernah saya denger di YouTube:
"Semakin kamu kejar dunia, maka Allah akan buat kamu semakin haus dengan dunia. Bukan berarti dunia itu nggak penting. Penting lah. Tapi harus seimbang. Dengan apa? Dengan FAITH, IMAN. Kamu beriman bahwa Allah udah atur semuanya, bahkan sampai kapan kamu meninggal, maka kamu akan merasa tenang. Jadi fokus untuk kerjakan apa yang di depan, tidak overthinking bahkan takut. Karena apa? Karena Allah sudah tentukan semuanya. Ga mungkin tertukar. Tenang, tentram."

Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. ar-Ra'd [13]: 28)




Read More