Wednesday 27 February 2019

Percakapan dengan Keiko

Keiko adalah teman baruku dari Jepang. Kebetulan, dia mengikuti program di Indonesia selama dua minggu.

Dia adalah orang pertama yang menghampiriku ketika sedang melakukan registrasi mahasiswa asing.
"Uli, dont you feel hot with that?" (Uli, kamu ngga merasa kepanasan pakai itu?sembari menunjuk ke hijab yang aku kenakan karena dia tidak mengetahui apa namanya.

Percakapan kita pun dimulai dan sampailah pada bagian yang paling membekas di memori:

Keiko : "Uli, I don't have religion. Most Japanese don't have" (Uli, aku ngga punya agama. Kebanyakan orang Jepang ngga punya agama juga).
"I sometimes envy with people who have religion and believe in God." (Kadang aku suka iri sama orang yang beragama dan percaya Tuhan.)

Uli  : "why?" (kenapa?)

Keiko : "Because when life is messed up and I don't know what to do, they, and you also, always have God The Greater Strength. At the time like that, I have none to rely on" (Karena ketika hidup terasa berantakan dan ngga tau lagi harus apa, kalian selalu punya Tuhan, Kekuatan Yang Besar. Di saat seperti itu, aku ngga punya siapa-siapa untuk bersandar).

Kami terdiam.

Saya menarik napas dan menjawab, "Indeed, Keiko." (Benar, Keiko)

Speechless. Saya tidak tahu harus menjawab apa lagi, rasanya seperti diingatkan kembali bahwa nikmat iman dan islam adalah hal yang sepatutnya disyukuri...di saat diri ini banyak menuntut hal-hal yang sejatinya hanya penghias dunia.

---
Sayangnya, Keiko harus pulang terlebih dahulu ke Jepang karena kakeknya meninggal.
See you when I see you, Keiko.


No comments: