Diam lagi tak cukup untuk bilang ‘ya’ dan ‘maaf’. Tapi kali ini cukup,
tanpa sepatah pun ‘ya’ dan atau ‘maaf’. Membaca tanpa bukti dalam diam.
Mengerti tanpa arti dalam diam .
Menimbun tanpa peti dalam diam. Diam-diam membaca, mengerti, menimbun. Selamat
pagi, itukah kamu? Sayangnya bukan aku paranormal yang bisa tahu, menegerti,
paham pikirmu. Bila kah diam tetap jadi maumu, izinkan diam berganti, berlalu,
dan pulang. Agar kamu tak mau mau diam. Bila masih mau kamu diam, bisakah a-k-u
jadi diam? Diam yang jadi maumu bukan diam-diam yang lain. Aku takut mengulang
dan dipergikan saat jadi diam. Aku tak takut bila diammu, diamku hanya diam.
Aku tak mau bila aku adalah diam dan kamu berganti jadi bising, karena bising
bukan diam, ataupun menjadi maumu yang bukan diam. Apapun ketidakpastian itu,
bisakah diam pergi? Hanya sejenak, aku janji. Tolong tunda diam yang maumu, aku
ingin katakana sesuatu…. “kala nanti, kapanpun bisa diammu berganti dan
mengerti ini, tolong katakan pada amplop dan pena bahwa diammu mengerti”…Karena
aku bukan diam.
No comments:
Post a Comment